Pengertian
Frasa
Frasa adalah satuan
gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim
juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat
(Chaer, 1994:22). Menurut Ramlan (1987:151) frasa adalah satuan gramatik yang
terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas unsur klausa. Adapun
Verhaar (1999:292) mendefinisikan frasa sebagai kelompok kata yang merupakan
bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang. Sementara itu, menurut
Koentjoro (dalam Baehaqie, 2008: 14), frasa adalah satuan gramatikal yang
terdiri atas dua kata atau lebih dari dua kata yang tidak berciri klausa dan
pada umumnya menjadi pembentuk klausa. beberapa contoh frasa di bawah ini:
Contohnya adalah frasa-frasa dalam kalimat :
- ayam hitam saya
- ayam hitam
- ayam saya
- rumah besar itu
- rumah besar putih itu
- rumah besar di atas puncak gunung itu
Dalam konstruksi frasa-frasa di atas, tidak ada
predikat. Lihat perbedaannya dibandingkan dengan beberapa klausa di
bawah ini:
- ayam saya hitam
- rumah itu besar
- rumah besar itu putih
- rumah putih itu besar
- rumah besar itu di atas puncak gunung
Dalam konstruksi-konstruksi klausa di atas, hitam,
besar, putih, besar, dan di atas puncak gunung
adalah predikat.
Contohnya adalah frasa-frasa dalam kalimat :
Saya
sedang menulis artikel kebahasaan. Dalam kalimat terdapat dua frasa yakni
sedang menulis dan artikel kebahasaan.
Ciri -
ciri Frasa
Frasa
memiliki beberapa ciri yang dapat diketahui, yaitu :
1.
Terbentuk atas dua kata
atau lebih dalam pembentukannya.
2.
Menduduki fungsi gramatikal
dalam kalimat.
3.
Mengandung satu kesatuan
makna gramatikal.
4.
Bersifat Non-predikatif.
Jenis Frasa
Frasa
dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria brikut: (1) ada tidaknya konstituen
inti, (2) kompleksitas konstituen penyusunnya, dan (3) maknanya. Berdasarkan
ada tidaknya konstitun ini, frasa dibedakan atas frasa endosentris dan frasa
eksosentris. Berdasarkan kompleksitas konstituen penyusunnya, frasa dibagi
menjadi dua yaitu frasa dasar dan frasa turunan. Sementara itu, dilihat dari
segi maknanya, frasa dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu frasa lugas dan
frasa idiomatis.
1.
Frasa Endosentris
Frasa
endosentris adalah frasa yang memiliki konstituen inti. Berdasarkan kesetaraan
dan hubungan antarkonstituen intinya frasa endosentris dibedakan menjadi tiga,
yaitu frasa endosentris atributif, frasa endosentris koordinatif, dan frasa
endosentris yang apostif (Chaer, 1994:225-229).
Frasa Endosentris yang
Atributif
Frasa endosentris
yang atributif merupakan frasa endometris yang terdiri atas
konstituen-konstituen tidak setara. Di dalamnya terdapat konstituen berstatus
sebagai atribut, disebabkan adanya konstituen yang berperan sebagai konstituen
inti. Konstituen-konstituen itu tidak dapat dihubungkan dengan kata penghubung
dan atau atau. Misalnya frasa mahasiswa ini, dosen sintaksis, bahasa
saya.
Dilihat
dari segi konstituen atributnya, frasa endosentris atributif dapat dipilah
menjadi dua yaitu, frasa endosentris atributif klitikal dan frasa endosentris
atributif nonklitikal. Frasa endosentris atributif klitikal adalah frasa
endosentris atributif yang konstituen atributnya berupa klitik, contohnya
majalahku, tabloidmu, artikelnya.
Dilihat dari
kategori intinya, frasa endosentris yang atributif dibedakan menjadi: (1) frasa
nominal seperti kursi kayu jati, (2) frasa verbal seperti sedang berpidato, (3)
frasa pronominal seperti kita berdua, (4) frasa numeralia seperti dua buah, (5)
frasa interogativa seperti apa dan siapa, (6) frasa demonstrative seperti ini
dan itu, (7) frasa adjectival seperti lancar sekali, dan (8) frasa adverbial
seperti tadi pagi (Ramlan 1987:154-157).
Frasa Endosentris
yang Koordinatif
Frasa
endosentris yang koordinatif adalah frasa enosentris yang terdiri atas
konstituen-konstituen yang setara. Konstituen-konstituen tersebut adalah
konstituen ini, jadi tidak ada konstituen yang bukan inti. Kesetaraannya dapat
dibuktikan dengan adanya kemungkinan kokstituen itu dihubungkan dengan
penghubung dan atau atau. Misalnya frasa penelitian dan pengembangan, Mustafa
Bisti atau Gus Mus, ibu bapak, tua muda.
Frasa Endosentris yang
Apositif
Frasa
endosentris yang apositif merupakan frasa yang mirip dengan frasa endosentris
yang koordinatif dalam masing-masing konstituennya dapat saling menggantikan,
misalnya pada kalimat Presiden Amerika Barack Obama datang di Auditorium Unnes.
Presiden Amerika Barack Obama merupakan frasa endosentrik apositif. Unsur
Presiden Amerika sebagai unsur pusatnya, sedangkan Barack Obama sebagai
apositif. Kedua unsur tersebut bisa saling menggantikan dalam kalimat, dan
mempunyai informasi yang sama. Dapat disimpulkan, Presiden Amerika datang
di Auditorium Unnes dan Barack Obama datang di Auditorium Unnes.
2.
Frasa Eksosentris
Frasa
eksosentrik adalah frasa yang komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis
yang sama dengan keseluruhannya. Misalnya, frasa di rumah, yang terdiri atas
komponen di dan komponen pasar. Secara keseluruhan atau secara utuh frasa
ini dapat mengisi fungsi keterangan, misalnya dalam kalimat Dia belajar di
rumah. Baik komponen di maupun komponen rumah, tidak dapat berfungsi
sebagai keterangan seperti dalam kalimat (a), sebab konstruksi (b) dan (c)
tidak berterima.
(a)
Dia belajar di
(b)
Dia belajar rumah
Frasa
eksosentris dibedakan atas frasa eksosentris direktif dan frasa eksosentris
nondirektif. Frasa eksosentris direktif komponen pertamanya berupa preposisi,
seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata
yang biasanya berkategori nomina. Oleh karena komponen pertama berupa
preposisi, maka frasa eksosentris direktif ini lazim juga disebut frasa
preposisisonal. Perhatikan contoh (d), (e), dan (f) berikut ini.
(c)
dari batang kayu
(d)
demi ketenteraman
(e)
ke kota
Frasa
eksosentis nondirektif adalah frasa eksosentris yang kosntituen perangkainya
berupa artikula, sedangkan kosntituen sumbunya berupa kata atau kelompok kata
yang berkategori nomina, verba, atau adjektiva, misalnya : sang suami, para
tamu.
3.
Frasa Dasar dan Frasa Turunan
Frasa
dasar ialah frasa yang konstituen pembentuknya sederhana, yaitu apabila
berkonstruksi endosentris atributif atau eksosentris, frasa tersebut hanya
terdiri atas dua patah kata; misalnya buku sintaksis, bahasa Indonesia. Adapun
apabila berkonstruksi endosentris koordinatif dapat terdiri atas dua, tiga,
atau lebih dari tiga kata; misalnya: dosen, mahasiswa, dan karyawan.
Adapun
frasa dikatakan sebagai frasa turunan jika frasa tersebut sudah mengalami
penurunan yang disebabkan adanya penambahan kata atau frasa lain dalam frasa
tersebut. Misalnya : Spidol dan kapur tulis. Kalimat tersebut terdapat dua
frasa yaitu frasa kapur tulis (frasa endosentris atributif nominal), dan frasa
spidol dan kapur tulis (frasa endosentris koordinatif)
4.
Frasa Lugas dan Frasa Idiomatis
Berdasarkan makna konstituen leksikal pembentuknya, frasa dapat
dibedakan menjadi frasa ligas dan frasa idiomatic. Frasa lugas adalah frasa
yang maknanya masih lugas sebagaimana konstituen leksikal pembentuknya.
Sedangkan frasa idiomatic adalah frasa yang membentuk idiom tertentu sehingga
maknanya pun bersifat idiomatic, artinya makna yang terbentuk tidak bisa
diuraikan berdasarkan konstituen-konstituen leksikal pembentuknya. Misalnya;
(1) Kambing hitam itu milik siapa?, (2) Jangan suka mengambinghitamkan orang
lain. Konstruksi kambing hitam pada kalimat (1) merupakan frasa lugas yang
bermakna kambing yang berbulu hitam, sedangkan pada kalimat (2) kambing hitam
merupakan frasa idiomatic yang berarti menuduh orang lain melakukan kesalahan.
Frasa berdasarkan
jenis/kelas kata
1. Frasa Nomina
Frasa
Nomina adalah kelompok kata benda yang dibentuk dengan memperluas sebuah kata
benda. Frasa nominal dapat dibedakan lagi menjadi 3 jenis yaitu :
- Frasa Nomina Modifikatif (mewatasi), misal : rumah mungil, hari senin, buku dua buah, bulan pertama, dll.
- Frasa Nomina Koordinatif (tidak saling menerangkan), misal : hak dan kewajiban, sandang pangan, sayur mayur, lahir bathin, dll.
- Frasa Nomina Apositif
Contoh
frasa nominal apositif :
a).
Jakarta, Ibukota Negara Indonesia, sudah berumur 485 tahun.
b).
Melati, jenis tanaman perdu, sudah menjadi simbol bangsa Indonesia sejak lama.
c).
Banjarmasin,Kota Seribu Sungai, memiliki banyak sajian kuliner yang enak.njadi
tempat
2. Frasa Verbal
Frasa
Verbal adalah kelompok kata yang terbentuk dari kata kata kerja. Kelompok kata
ini terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
- Frasa Verbal Modifikatif (pewatas), terdiri atas pewatas belakang, misal : a). Ia bekerja keras sepanjang hari. b). Kami membaca buku itu sekali lagi. Pewatas depan, misal : a). Kami yakin mendapatkan pekerjaan itu. b). Mereka pasti membuat karya yang lebih baik lagi pada tahun mendatang.
- Frasa Verbal Koordinatif adalah 2 verba yang digabungkan menjadi satu dengan adanya penambahan kata hubung 'dan' atau 'atau', Contoh kalimat : a). Orang itu merusak dan menghancurkan tempat tinggalnya sendiri. b). Kita pergi ke toko buku atau ke perpustakaan.
- Frasa Verbal Apositif yaitu sebagai keterangan yang ditambahkan atau diselipkan. Contoh kalimat : a). Pekerjaan Orang itu, berdagang kain, kini semakin maju. b). jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara.
3. Frasa Ajektifa
Frasa
ajektifa ialah kelompok kata yang dibentuk oleh kata sifat atau keadaan sebagai
inti (diterangkan) dengan menambahkan kata lain yang berfungsi menerangkan,
seperti : agak, dapat, harus, lebih, paling dan 'sangat. Kelompok kata ini
terdiri dari 3 jenis, yaitu :
- Frasa Adjektifa Modifikatif (membatasi), misal : cantik sekali, indah nian, hebat benar, dll.
- Frasa Adjektifa Koordinatif (menggabungkan), misal : tegap kekar, aman tentram, makmur dan sejahtera, dll
- Frasa Adjektifa Apositif, misal :
a).
Srikandi cantik, ayu menawan, diperistri oleh Arjuna.
b). Desa
Jorong, tempat tinggalku dulu, kini menjadi daerah pertambangan batubara.
Frasa
Apositif bersifat memberikan keterangan tambahan. Frasa Srikandi cantik dan
Desa Jorong merupakan unsur utama kalimat, sedangkan frasa ayu menawan, dan
tempat tinggalku dulu, merupakan keterangan tambahan.
4. Frasa Adverbial
Frasa
Adverbial ialah kelompok kata yang dibentuk dengan keterangan kata sifat. Frasa
ini bersifat modifikasi (mewatasi), misal : sangat baik kata baik
merupakan inti dan kata sangat merupakan pewatas. Frasa yang bersifat
modifikasi ini contohnya ialah agak besar, kurang pandai, hampir baik, begitu
kuat, pandai sekali, lebih kuat, dengan bangga, dengan gelisah. Frasa Adverbial
yang bersifat koordinatif (yang tidak menerangkan), contoh frasanya ialah lebih
kurang kata lebih tidak menerangkan kurang dan kurang tidak menerangkan lebih.
5. Frasa Pronominal
Frasa
Pronominal ialah frasa yang dibentuk dengan kata ganti, frasa ini terdiri atas
3 jenis yaitu :
- Modifikatif, misal kalian semua, anda semua, mereka semua, mereka itu, mereka berdua.
- Koordinatif, misal engkau dan aku, kami dan mereka, saya dan dia.
- Apositif, misal :
a). Kami,
putra-putri Indonesia, menyatakan perang melawan narkotika.
6. Frasa Numeralia
Frasa
Numeralia ialah kelompok kata yang dibentuk dengan kata bilangan. Frasa ini
terdiri atas :
- Modifikatif, contoh : a). Mereka memotong dua puluh ekor sapi kurban. b). Kami membeli setengah lusin buku tulis.
- Koordinatif, contoh : a). Entah dua atau tiga sapi yang telah dikurbankan. b). Dua atau tiga orang telah menyetujui kesepakatan itu.
7. Frasa Interogativ Koordinatif ialah frasa yang
berintikan pada kata tanya. contoh : a). Jawaban dari apa atau siapa ciri
dari subjek kalimat. b). Jawaban dari mengapa atau bagaimana merupakan pertanda
dari jawaban predikat.
8. Frasa Demonstrativ Koordinatif ialah frasa yang dibentuk
oleh dua kata yang tidak saling menerangkan. contoh : a). Saya tinggal di
sana atau di sini sama saja. b). Kami pergi kemari atau kesana tidak ada
masalah.
9. Frasa Preposisional Koordinatif ialah frasa yang dibentuk
oleh kata depan yang tidak saling menerangkan. contoh : a). Petualangan
kami dari dan ke Jawa memerlukan waktu satu bulan. b). Perpustakaan ini dari,
oleh, dan untuk masyarakat umum.
Frasa Berdasarkan satuan
makna yang dikandung/dimiliki unsur-unsur pembentuknya
Untuk kategori frasa berdasarkan satuan makna yang dikandung atau yang
dimiliki unsur-unsur pembentuknya dapat dibagi menjadi beberapa frasa,
yaitu :
1. Frasa
biasa yaitu frasa yang hasil pembentukannya memiliki makna yang sebenarnya
(denotasi). contoh kalimat : a) Ayah membeli kambing hitam; b) Meja hijau
itu milik ayah.
2. Frasa
idiomatik yaitu frasa yang hasil pembentukannya menimbulkan/memiliki makna baru
atau makna yang bukan sebenarnya (konotasi). contoh kalimat : Orang tua
Lintang baru kembali dari Jakarta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Frasa
http://banggaberbahasa.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-jenis-frasa.html
http://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Bahasa_Indonesia/Materi:Frasa
terimakasih infonya :)
BalasHapus