Avenzora (2008) menyatakan bahwa penurunan jumlah
penduduk miskin terjadi pada periode 2002-2005 sebesar 3,3 juta, yaitu dari
38,40 juta pada tahun 2002 menjadi 35,10 juta pada tahun 2005. Secara relatif
juga terjadi penurunan persentase penduduk miskin dari 18,20 persen pada tahun
2002 menjadi 15,97 persen pada tahun 2005. Akan tetapi pada periode 2005-2006
terjadi pertambahan jumlah penduduk miskin sebesar 4,20 juta, yaitu dari 35,10
juta pada tahun 2005 menjadi 39,30 juta pada tahun 2006. Akibatnya persentase
penduduk miskin juga meningkat dari 15,97 persen menjadi 17,75 persen.
Hasbullah (2012) menyatakan
jumlah persentase penduduk miskin menurut pulau berdasarkan Susenas Maret 2011.
Persentase penduduk miskin terbesar berada di Pulau Maluku dan Papua, yaitu
sebesar 25,95 persen, sementara persentase penduduk miskin terkecil di Pulau
Kalimantan, yaitu sebesar 6,92 persen. Hal ini diduga karena pembangunan belum
merata di seluruh bagian Indonesia, pembangunan di daerah timur Indonesia masih
terbatas apabila dibandingkan dengan pembangunan di daerah barat. Dilihat dari
jumlah penduduk, sebagian besar penduduk miskin berada di Pulau Jawa (16,73
juta orang), sementara jumlah penduduk miskin terkecil berada di Pulau
Kalimantan (0,96 juta orang).
Sumber : Susenas Panel Modul Konsumsi Maret 2011 |
Hendra Esmara menyatakan kemiskinan tertinggi untuk daerah
perkotaan ada di Provinsi DKI Jakarta yaitu 355.480 rupiah, yang diikuti oleh
Provinsi Kepulauan Riau sebesar 350.828 rupiah. Sementara garis kemiskinan
terendah tercatat di Provinsi Gorontalo yaitu sebesar 194.161 rupiah. Untuk
daerah perdesaan, garis kemiskinan tertinggi ditempati oleh Provinsi Papua
Barat yaitu 324.561 rupiah. Sementara garis kemiskinan terendah di perdesaan
tercatat di Provinsi Sulawesi Selatan sebesar 167.862 rupiah. Secara umum
tampak bahwa garis kemiskinan tertinggi secara rata-rata masih ditempati oleh
Provinsi DKI Jakarta.
Mirza (2012) menyatakan tingkat kemiskinan di Kabupaten OKI
22,02% pada tahun 2004 dan memiliki kecenderungan meningkat sampai tahun 2006,
tetapi kecenderungan tersebut berubah dimulai pada tahun 2007 (21,73%) terus
menurun sampai ke level 16,17% pada 2009. Meskipun demikian, jika dilihat pada
tabel, jumlah penduduk miskin dapat dikatakan meningkat. Salah satu cara untuk
mempercepat langkah dalam pengentasan kemiskinan penduduk di Kabupaten Ogan
Ilir adalah dengan melakukan pengolahan data kemiskinan itu sendiri. Merujuk ke
langkah diatas dengan ini pemerintah Kabupaten Ogan Ilir akan mengembangkan
suatu Sistem Informasi Manajemen Penanggulangan Kemiskinan (SIMPEKE). Sistem ini akan dioperasikan
oleh Pemda Kabupaten Ogan Komering Ilir dengan menghasilkan data-data berupa
profil umum dari pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir, data-data kemiskinan
per kecamatan dan data kegiatan penanggulangan kemiskinan.
Gambar 1. Tingkat Kemiskinan
Indonesia Tahun 2004-2012
Sumber : BPS
Harianto menyatakan jumlah dan persentase penduduk miskin
menurun dari tahun 2004 ke 2005. Namun, pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin
mengalami kenaikan karena harga barang-barang kebutuhan pokok saat itu naik
tinggi yang digambarkan oleh inflasi umum sebesar 17,75 persen. Namun, mulai
tahun 2007 sampai 2012 jumlah maupun persentase penduduk miskin terus mengalami
penurunan. Penurunan tingkat kemiskinan tersebut mengalami pelambatan dalam
tiga tahun terakhir.
Avenzora,
A. 2008. Analisis dan Perhitungan Tingkat
Kemiskinan Tahun 2008. Sinar Harapan. Jakarta
Hasbullah,
J. 2012. Tangguh Dengan Statistik.
Nuansa Cendikia. Bandung
Heriawan,
R. 2011. Penjelasan Data Kemiskinan.
< http://www.bps.go.id/index.php/publikasi/739>.
01 Juli 2015
Mirza,
H. 2012. Prosiding Kommit 2012 (Komputer
dan Sistem Intelijen). UG Journal.
Vol 7, PP 1-9
Afriadi,
M. 2012. September 2012, Jumlah Penduduk
Miskin Indonesia Mencapai 29,13 Juta Orang. <http://www.bps.go.id/website/brs_ind/kemiskinan_02jan13>.
02 juli 2015
|