Jumlah Uang Beredar
Pengertian
Jumlah Uang Beredar (JUB)
Ada sebagian ahli yang mengkalifikasikan jumlah uang beredar menjadi dua, yaitu:
1.
Jumlah uang beredar dalam arti sempit atau disebut
‘Narrow Money’ (M1), yang terdiri dari uang kartal dan uang giral (demand
deposit).
2.
Uang beredar dalam arti luas atau ‘Broad Money’ (M2),
yang terdiri dari M1 ditambah dengan deposito berjangka (time deposit).
Sementara ahli lain menambahkan dengan M3, yang terdiri dari M2 ditambah dengan
semua deposito pada lembaga-lembaga keuangan non bank.
Tahun
|
Bulan
|
Uang Giral
|
Uang Kartal
|
Uang Kuasi
|
JUB
|
2006
|
Januari
|
167.094,00
|
114.318,00
|
725.378,00
|
100.679.000
|
2007
|
Januari
|
214.174,00
|
130.666,00
|
835.491,00
|
118.033.100
|
2008
|
Januari
|
253.348,00
|
166.950,00
|
950.688,00
|
137.098.600
|
2009
|
Januari
|
256.104,00
|
191.372,00
|
1.131.106,00
|
157.858.200
|
2010
|
Januari
|
284.716,00
|
211.811,00
|
1.570.059,00
|
206.658.600
|
2011
|
Januari
|
356.688,00
|
247.481,00
|
1.822.268,00
|
242.643.700
|
2012
|
Januari
|
407.557,00
|
287.038,00
|
2.119.646,00
|
281.424.100
|
2013
|
Januari
|
461.031,00
|
326.885,00
|
2.467.124,00
|
325.504.000
|
Perkembangan angka
jumlah uang beredar tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor yang menentukan
permintaan uang di masyarakat, yang pada keseimbangan pasar jumlah permintaan uang
sama dengan jumlah penawaran uang dalam perekonomian.
Pada dua tahun terakhir
tahun 2009 dan tahun 2010 pertumbuhan uang kartal dan giral mengalami peningkatan
dengan angka pertumbuhan mencapai 15,13 % untuk uang kartal dan 19,10% untuk
uang giral. Kenaikan ini sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang mencapai 6,1 % pada tahun
2010 yang didorong oleh kenaikan konsumsi swasta terutama sektor pengangkutan
dan komunikasi dan didukung sektor perbankan yang stabil serta peningkatan
permintaan domestik dan ekspor seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi dunia,
juga menguatnya nilai tukar rupiah menjadi di bawah Rp. 9.000,00 per dollar.
Bank Indonesia (BI)
mencatat, Uang Beredar (M2) sampai Desember 2013 mencapai sebesar Rp 3.727,7 triliun.
Angka ini meningkat dari November 2013 yang tercatat Rp 3.614,5 triliun.
"Uang beredar pada bulan Desember 2013 naik 12,7% (yoy). perkembangan uang beredar tersebut dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan Uang Kuasi dari 13,5% (yoy) menjadi 14,8% (yoy) seiring perlambatan pertumbuhan uang kartal dan giro rupiah (M1) dari 8,6% (yoy) menjadi 5,4% (yoy).
"Uang beredar pada bulan Desember 2013 naik 12,7% (yoy). perkembangan uang beredar tersebut dipengaruhi oleh peningkatan pertumbuhan Uang Kuasi dari 13,5% (yoy) menjadi 14,8% (yoy) seiring perlambatan pertumbuhan uang kartal dan giro rupiah (M1) dari 8,6% (yoy) menjadi 5,4% (yoy).
faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah uang yang beredar adalah:
- Kebijakan Bank Sentral berupa hak otonom dan kebijakan moneter (meliputi: politik diskonto, politik pasar terbuka, politik cash ratio, politik kredit selektif) dalam mencetak dan mengedarkan uang kartal.
- Kebijakan pemerintah melalui menteri keuangan untuk menambah peredaran uang dengan cara mencetak uang logam dan uang kertas yang nominalnya kecil.
- Bank umum dapat menciptakan uang giral melalui pembelian saham dan surat berharga.
- Tingkat pendapatan masyarakat
- Tingkat suku bunga bank
- Selera konsumen terhadap suatu barang (semakin tinggi selera konsumen terhadap suatu barang maka harga barang tersebut akan terdorong naik, sehingga akan mendorong jumlah uang yang beredar semakin banyak, demikian sebaliknya).
- Harga barang.
- Kebijakan kredit dari pemerintah
Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada
Tingkat Intereste dan Output
Dalam jangka pendek, kenaikan jumlah
uang beredar akan mendorong suku bunga turun sebagai uang fluktuasi permintaan
mengubah keinginan rakyat untuk aset likuid dan dengan demikian harga dan
tingkat pengembalian obligasi.
Dalam perekonomian terbuka di mana bunga paritas antar negara harus dilestarikan nilai tukar akan meningkat (depresiasi mata uang) dalam rangka menciptakan harapan bahwa itu akan jatuh lebih cepat di masa mendatang. Peningkatan nilai tukar membuat barang-barang dalam negeri lebih menarik, sehingga meningkatkan baik asing dan permintaan domestik untuk barang produksi dalam negeri. Hal ini kemudian mendorong pertumbuhan output.
Dalam perekonomian terbuka di mana bunga paritas antar negara harus dilestarikan nilai tukar akan meningkat (depresiasi mata uang) dalam rangka menciptakan harapan bahwa itu akan jatuh lebih cepat di masa mendatang. Peningkatan nilai tukar membuat barang-barang dalam negeri lebih menarik, sehingga meningkatkan baik asing dan permintaan domestik untuk barang produksi dalam negeri. Hal ini kemudian mendorong pertumbuhan output.
Sumber :
http://wartapedia.com/bisnis/finansial/170-peredaran-uang-di-indonesia